Selasa, 28 Oktober 2008

HUTAN
JENIS - JENIS HUTAN :

Jenis - Jenis Hutan

Banyak ilmuwan yang mengelompokkan hutan berdasarkan variasi sistem ekologi. Hutan dengan iklim, tanah dan kelembaban yang mirip dikelompokkan menjadi 6 kelompok:
  1. Tropical Rain Forests :Hutan hujan tropis tumbuh di dekat garis equator, dimana iklim sepanjang tahun hangat dan basah. Sebagian besar hutan ini tumbuh di lembah sungai Amazon, lembah sungai Kongo, dan di wilayah Asia Tenggara.Dari ke enam kelompok jenis hutan, hutan hujan tropis paling banyak memiliki keragaman pohon, sekitar 100 species bisa tumbuh pada wilayah seluas 2,6 Km2. Sebagian besar pohon berdaun lebar dan selalu hijau sepanjang tahun, terdapat juga pohon palm dan paku-pakuan. Kebanyakan hutan pohonnya membentuk tiga lapisan selubung (canopy). Canopy paling atas dapat mencapai ketinggian 46 meter, tumbuhan yang melebihi canopy di sebut emergent. Tumbuhan understory membentuk lapisan selubung ke dua.Lapisan semak belukar dan tumbuhan herbal sangat tipis karena sinar matahari terhalang oleh lapisan canopy. Seringkali beberapa tanaman merambat dan menumpang lainnya menempel di cabang-cabang pohon lapisan canopy, sehingga dapat menyerap sinar matahari secara penuh.Sebagian besar binatang hutan hujan tropis juga hidup pada lapisan canopy, dimana mereka dapat menemukan makanan yang sangat berlimpah. Binatang yang termasuk diantaranya adalah makhluk terbang dan memanjat seperti kelelawar, berbagai jenis burung, serangga, kadal, tikus, monyet, tupai, kungkang dan ular.
  2. Tropical Seasonal Forest : tumbuh di wilayah tertentu di daerah beriklim tropis dan sub tropis. Wilayah ini memiliki musim panas dan musim hujan bergantian setiap tahunnya, atau iklim yang agak lebih dingin dibanding hutan hujan tropis. Daerah ini meliputi Amerika tengah, Amerika selatan bagian tengah, selatan Afrika, India, timur Cina, Australia utara, dan kepulauan di pasifik termasuk Indonesia.
  3. Temperate Deciduous Forest : Hutan musim memiliki banyak keragaman pohon, meskipun tidak sebanyak hutan hujan tropis. Terdapat juga beberapa tanaman rambat dan tumpang. Beberapa pohon berguguran dan tumbuh kembali, terutama di daerah yang memiliki perbedaan yang sangat jelas antara musim panas dan musim hujan
  4. Temperate Evergreen Forest : Lapisan canopy bisa mencapai ketinggian 30 meter. Satu lapisan understory tumbuh dibawah canopy. Bambu dan palem memenuhi lapisan semak, dan lapisan tebal tumbuhan herbal menempel di tanah. Binatang yang tinggal menyerupai, mereka yang hidup di hutan hujan tropis.
  5. Boreal Forest :Hutan luruh iklim sedang tumbuh di sebelah timur Amerika utara, eropa barat dan asia timur. Wilayah ini memiliki musim panas dan musim dingin. Lapisan canopy mencapai ketinggian 30 meter, dua jenis pohon atau lebih mendominasi lapisan canopy, yang berguguran daunnya di musim gugur. Lapisan tengah dan semak mungkin agak tebal. Juga dihuni binatang besar seperti beruang, rusa, dan serigala. Ada juga ratusan binatang menyusui yang lebih kecil dan burung
  6. Savanna :adalah suatu daerah yang memiliki pohon dengan jarak luas. Beberapa padang rumput pohon tumbuh dalam satu gerombolan, ada juga yang tumbuh menyendiri. Sebagian besar tanah ditumbuhi oleh semak dan tumbuhan herbal, terutama rumput, sehingga savana disamakan dengan padang rumput. Savana terutama ditemukan diwilayah yang memiliki sedikit curah hujan, tanah yang tidak subur, sering timbul kebakaran, atau hal lain yang menghambat tumbuhnya pohon.Binatang yang hidup di padang rumput diantaranya,kijang ,banteng, jerapah, singa, macan dan zebra.

HUTAN HUJAN

Hutan tropis Sumatera menghilang dengan cepat dibawah tekanan manusia. Keberadaan hutan ini sangat tidak terhingga nilainya sehubungan dengan keunikannya serta sususan keanekaragaman hayati yang ada di sana, termasuk di dalamnya Gajah Sumatera, Harimau Sumatera, Badak Sumatera, Siamang, Bunga Raflesia, Bunga Padma dan Burung Rangkong. Selain itu, hutan ini memiliki nilai kritis bagi masyarakat sebagai kebanggaan warisan alami juga sebagai sumber penghasilan, jasa, dan sumber pendapatan.

Hutan tropis Sumatera merupakan gabungan dari 3 (tiga) kawasan taman nasional yaitu TN. Bukit Barisan Selatan, TN. Kerinci Seblat dan TN. Gunung Leuser, Hutan Hujan Tropis Sumatera dicantumkan dalam daftar Situs Warisan Dunia, melalui sidang ke-28 World Heritage Commitee, yang diselenggarakan di Suzhou China pada bulan Juli 2004. Dengan demikian, menjadikan kawasan seluas lebih dari 2 juta hektar ini bernilai tinggi dan menjadi prioritas dalam upaya konservasi secara global.


Potensi keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, spesies eksotis yang tidak terdapat di tempat lain, serta nilai ekologis yang terkandung di dalamnya merupakan keunikan dari kawasan ini yang harus dijaga kelestariannya. Ekosistem kawasan ini berfungsi sebagai daerah tangkapan air yang penting untuk memelihara keanekaragaman hayati dan sebagai sumber pencaharian utama masyarakat yang sangant bergantung pada sumber air tawar. Kawasan ini juga memiliki nilai universal yang tinggi di dalam proses ekologis dan biologis yang membentuk proses evolusi dan perkembangan ekosistem tumbuhan dan satwa di Pulau Sumatera.

Tidak kurang dari 10,000 jenis flora dan fauna dari spesies yang berbeda ada di dalam hutan tropis Sumatera, termasuk 17 marga endemik, kurang lebih 200 spesies mamalia, 580 spesies burung diantaranya 465 adalah spesies residen dan 21 spesies endemik. Sementara 22 spesies mamalia termasuk ke dalam kawasan Asia dan tidak ditemukan di kawasan lainnya, dan 15 spesies hanya terbatas penyebarannya di Indonesia. Beberapa spesies tumbuhan dan satwa terancam punah ditemukan di kawasan ini, termasuk orangutan Sumatera (Pongo abelii), harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), kelinci Sumatera (Nesolagus netscheri), badak Sumatera (Dicerorhinus sumatraensis), sikatan cacing (Cyornis ruckii), mentok rimba (Cairina scutulata), tekukur(Carpococcyx viridis), bangau storm (Ciconia stormi), baning coklat (Manouira emys) dan kura-kura (Heosemys spinosa). Spesies endemik tumbuhan yang ditemukan, antara lain kantung semar (Nepenthes aristolochoides, N. Spectabilis, dan N. Spathulata). Juga terdapat bunga terbesar di dunia (Rafflesia arnoldii, R. Patma dan R. Micropylora) dan bunga tertinggi (Amorphophallus titanium).

Keanekaragaman hayati yang terkandung dalam kawasan warisan dunia, yang membentuk punggungan pegunungan Bukit Barisan, tidak akan terpelihara jika ia terfragmentasi atau terdegradasi. Tanpa pemeliharaan secara menyeluruh, akan menyebabkan resiko yang sangat jelas yaitu kepunahan ratusan spesies. Menjaga hutan untuk selalu dalam kondisi yang baik merupakan hal penting untuk menjaga suplai air ke seluruh bagian pulau, menekan pengaruh kekeringan dan kebakaran, serta mendukung stabilitas ekologis dan ekonomis di dataran rendah.

Berdasarkan laporan monitoring IUCN dan UNESCO tahun 2006, ancaman paling utama di Tropical Rainforest Heritage Site adalah: illegal logging, perambahan untuk pertanian, pembuatan jalan dalam kawasan, serta perburuan.

image courtessy: WCS-IP

Hutan. Yang terlintas dalam pikiran adalah deretan acak pepohonan, gelap hijau dedaunan, coklat busuk hitam humus, serangga, tetumbuhan dan aneka satwa. Tetapi hutan bukan lah sesederhana itu.

Hutan tropis misalnya. Luasan hutan tropis Indonesia adalah hutan ketiga terluas dunia setelah Brasil dan Republik Demokrasi Kongo. Hutan tropis ini adalah rumah dan persembunyian terakhir bagi kekayaan hayati dunia yang unik.

Sekitar 40% hutan tropis dunia ada di Indonesia, berarti luasnya 98 juta hektare (estimasi luas hutan tahun 2000). Data yang tercantum dalam dalam buku Potret Keadaan Hutan Indonesia, FWI/GFW 2001, Bogor, Indonesia, keragaman hayati yang ada di hutan-hutan Indonesia meliputi 11% spesies tumbuhan dunia, 10% spesies mamalia, dan 16% spesies burung. Sekitar 17.000 pulau Indonesia memiliki tujuh kawasan biogeografi utama dan keanekaragaman tipe-tipe habitat yang luar biasa.

Sebagian besar pulau yang terisolasi selama ribuan tahun memiliki tingkat endemik yang tinggi. Contohnya, dari 429 spesies burung endemik lokal, 251 di antaranya adalah spesies unik yang hanya ada di suatu pulau tertentu saja. Sebagian besar serangga Indonesia juga tidak ditemukan di tempat lain, dan sebagaian marga hanya ada di puncak-puncak pegunungan tertentu. Tiga lokasi utama yang merupakan pusat kekayaan spesies di Indonesia adalah Irian Jaya (tingkat kekayaan spesies dan endemisitas tinggi), Kalimantan (tingkat kekayaan spesies tinggi, endemis sedang), dan Sulawesi (tingkat kekayaan spesies sedang, endemisitas tinggi).

Sumatera, sebagai satu pulau besar Indonesia juga punya keunikan keberagaman hayati. Harimau Sumatera, orangutan Sumatera, badak Sumatera, dan gajah Sumatera, adalah mamalia besar yang paling mendapat perhatian dunia. Keempat satwa itu adalah warisan alam dunia yang kini terancam punah. Dulu mereka hidup bebas dalam kawasan hutan tropis Sumatera yang lebat sambung-menyambung dari ujung utara ke selatan. Tersebar pada medan jelajah yang luas dan liar. Dalam lima puluh tahun terakhir, “rumah” tinggal mereka mulai terganggu, terfragmentasi dalam area-arae terbatas. Membuat penghuni hutan itu terdesak dan terpaksa mencari alternatif bertahan hidup. Yang tidak beruntung akan mati kelaparan atau terbunuh.

sa_pic_0231.jpgSangat disayangkan, luas hutan tropis Indonesia tercatat kehilangan hampir dua juta hektare setiap tahunnya. Sebuah momok sedang menghantui hutan-hutan Indonesia. Menyebabkan keragaman spesies di habitatnya berada di ujung fase kritis.

Begitu banyaknya gangguan terhadap hutan tropis Indonesia, mulai dari illegal logging, tebang habis pembukaan lahan industri pertanian, kebakaran hutan (sengaja atau tidak?), perburuan liar, degradasi hutan, perluasan pemukiman. Semua persoalan itu mulai meruncing sejak tiga puluh enam tahun lalu. Saat penebangan hutan komersial mulai dilakukan secara besar-besaran. Suatu kebijakan untuk pengembangan industri perkayuan yang ternyata mengarah pada degradasi (pergeseran) dan konversi (peralihan) hutan yang benar-benar serius. Dampak yang kemudian akan dirasakan puluhan tahun sesudahnya. Hari ini atau hari-hari setelah esok. HUTAN LINDUNG
Kerusakan hutan di kawasan ekosistem Leuser yang berada di sekitar jalur Ladia Galaska ke arah Pinning, Kabupaten Gayo Lues, NAD pada September 2005.
BANDA ACEH, JUMAT - Belasan hektare areal hutan lindung di kawasan pegunungan Seulawah, Kabupaten Aceh Besar, diduga beralih fungsi menjadi daerah pemukiman. Di kawasan tersebut sudah banyak dilakukan pembangunan pertokoan, kios dan pembukaan lahan pertanian serta perkebunan masyarakat.

"Kita prihatin, kondisi hutan lindung yang terus dirambah untuk keperluan pembangunan tempat usaha serta pembukaan lahan pertanian baru bagi masyarakat, sehingga sangat mengancam ekosistem alam," kata Ketua Komisi B DPR Aceh, Hamdani Hamid, di Banda Aceh, Jumat (26/9).

Menurut dia, kondisi kritis hutan lindung yang telah dialihkan fungsi itu dapat dijumpai di sepanjang jalan Banda Aceh-Medan (Sumatera Utara) yakni di perbatasan Kabupaten Aceh Besar sampai ke Pidie. Mudahnya berdiri bangunan dan pembukaan ladang di kawasan hutan lindung itu juga mengindikasikan lemahnya pengawasan institusi terkait.

"Pemerintah harus bertanggungjawab atas hilangnya hutan lindung tersebut," ujarnya. Hamdani Hamid menjelaskan, hutan lindung kawasan Saree itu sangat penting dipertahankan sebab tersimpan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan dan binatang langka selain untuk menjamin ketersediaan air bagi kebutuhan masyarakat baik di Pidie maupun di Aceh Besar serta Kota Banda Aceh.

"Kalau bangunan seperti pertokoan dan perumahan itu terus leluasa dibiarkan berdiri di kawasan Saree, maka sangat dikhawatirkan dapat mempercepat kerusakan kawasan hutan lindung," tambah dia.

Ia juga minta Pemerintah Provinsi NAD melalui instansi terkait agar gencar mengkampanyekan kepada masyarakat sehingga mereka tidak mudah terpancing untuk membuka usaha, termasuk pertanian di kawasan hutan lindung.

"Kita juga berharap Pemerintah dapat mengalihkan sumber pendapatan masyarakat petani dari kawasan hutan lindung ke sektor lain, misalnya menggerakkan bantuan modal usaha rumah tangga sehingga rakyat tidak terpikir lagi untuk merusak hutan,"